BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Apabila seseorang melihat sesuatu atau benda, maka mata harus menangkap
beberapa dari sinar cahaya yang menyebar dari benda tersebut dan kemudian
diarahkan kembali ke dalam retina di bagian belakang mata. Sistem penglihatan
manusia, dimulai dengan retina dan berakhir dengan korteks penglihatan si
bagian belakang otak, secara otomatis dan secara bawah sadar memproses
informasi yang diberikan oleh cahaya. Sisitem ini mengidentifikasikan sisi,
arah, tekstur, bentuk, dan warna, kemudian secara cepat membawa ke alam sadar seseorang ke sebuah bayangan
(reproduksi yang diturunkan dari cahaya) dari benda. Sehingga, seseorang dapat
mengenali benda berada dalam arah di mana sinar cahaya datang dan pada jarak
yang tepat.
Sistem penglihatan manusia berjalan melalui proses dan pengenalan ini meskipun
sinar cahaya tidak datang secara tidak langsung dari benda, tetapi sebagai
gantinya memantul menuju ke mata dari cermin atau membias dari lensa di dalam
sepasang teropong. Tetapi, benda yang dilihat seseorang dalam arah di mana
sinar cahaya datang setelah dipantulkan atau sibiaskan, dan jarak yang
dirasakanakan sedikit berbeda dari jarak benda yang sebenarnya.
Apabila sinar cahaya dipantulkan kepada seseorang dari cermin datar
standar, benda tampak berada di belakang sermin karena sinar-sinar yang seseorang
tangkap berasal dari arah itu. Tetapi tentu benda tidak berada di belakang.
Jenis bayangan ini, yang disebut bayabgan maya, yang sebenarnya hanya ada di
dalam pikiran, meskipun begitu dikatakan ada di lokasi yang dirasakan.
Berbeda dengan bayangan maya, bayangan nyata berbeda dalam hal bahwa
bayangan itu dapat dibentuk pada suatu permukaan, seperti sebuah kartu atau
layar film. Keberadaan dari bayangan tidak bergantungpada bagaimana seseorang
melihatnya dan dbayangan itu ada meskipun tidak dilihatnya.
Dalam makalah ini, dibahas beberapa cara pembentukan bayangan melalui
pemantulan dan pembiasan pada cermin datar, cermin bola dan lensa.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas oleh penyusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana refleksi
dan refraksi yang terjadi pada cermin
datar?
2.
Bagaimana refleksi
yang terjadi pada cermin permukaan bola?
3.
Bagaimana metode
grafis yang digunakan pada cermin?
4.
Bagaimana refraksi
yang terjadi pada cermin permukaan bola?
5.
Bagaimana bayangan
yang terbentuk pada lensa tipis?
6.
Bagaimana metode
grafis yang digunakan untuk lensa?
C.
Tujuan Masalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui refleksi
dan refraksi yang terjadi pada cermin
datar.
3.
Mengetahui metode
grafis yang digunakan pada cermin.
4.
Mengetahui refraksi
yang terjadi pada cermin permukaan bola.
5.
Mengetahui bayangan
yang terbentuk pada lensa tipis.
6.
Mengetahui metode
grafis yang digunakan untuk lensa.
BAB II
OPTIK GEOMETRI
A.
Refleksi dan
Refraksi Pada Cermin Datar
Cahaya adalah suatu bentuk yang fundamental dan ilmu fisika masih
berusaha untuk memahaminya (Frederick. 2006:239). Ketika cahaya menimpa
permukaan benda, sebagian cahaya dipantulkan dan sisanya diserap oleh benda
atau jika benda itu transparan seperti kaca atau air, sebagian diteruskan
(Giancoli. 2001:243). Fenomena pemantulan terjadi ketika gelombang dari tipe
apapun mengenai sebuah penghalang datar seperti sebuah cermin, gelombang-
gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang (Tipler.2001:442).
Terdapat dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan
baur (difus). Pemantulan teratur
adalah pemantulan cahaya yang terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda
yang mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap. Sehingga arah pemantulan
cahaya tersebut menuju ke suatu arah tertentu. Sedangkan pemantulan baur (difus) adalah pemantulan cahaya yang
terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan yang
kasar (tidak rata). Sehingga arah pemantulan cahaya tidak teratur (Zaelani,
dkk. 2010:260). Pemantulan cahaya pada permukaan rata diamati pertama kali oleh
seorang ilmuan Belanda yang bernama Willebrord Snellius (Sparisoma.2007:147).
Pemantulan pada cermin datar. Cermin datar adalah cermin yang permukaan
pantulannya berupa sebuah bidang datar. Garis normal pada cermin datar ada 3
macam pemantulan berkas cahaya, yaitu :
1.
Pemantulan berkas
cahaya yang datang sejajar
2.
Pemantulan berkas
cahaya yang menyebar (divergen), dan
3.
Pembentukan
bayangan pada cermin datar (Zaelani, dkk.2010:260-261)
Hukum Snellius untuk pemantulan pada cermin yang berbunyi:
1.
Sinar datang, garis
normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar
2.
Besar sudut datang
sama dengan besar sudut pantul
Sifat-sifat
bayangan yang terjadi pada cermin datar, yaitu:
1.
Jarak bayangan ke
cermin sama dengan jarak benda ke cermin (s’ = s)
2.
Tinggi bayangan
sama dengan tinggi benda (h’ = h)
3.
Bayangan cermin itu
tegak arrtinya posisi tegaknya bayangan sama dengan posisi tegaknya benda
4.
Bayangan cermin
merupakan bayangan semu (maya)
5.
Besar bayangan pada
cermin sama dengan besar benda
6.
Bayangan cermin
tertukar sisinya, bagian kanan menjadi bagian kiri bayangan
7.
Pembesaran linear :
Apabila dua cermin
datar membentuk sudut =
, maka banyak bayangan yang terbentuk:
n adalah banyak
bayangan
adalah sudut antara kedua cermin
(Lasmi.2008:114). Jadi untuk sebuah cermin datar M adalah satu. Apabila anda
memandang diri anda sendiri dalam sebuah cermin datar, bayangan anda mempunyai
ukuran yang sama seperti ukuran anda yang sebenarnya (Sears dan Zemansky.1982.:533)
Pembiasan cahaya terjadi apabila cahaya merambat pada dua medium yang
berbeda indeks biasnya. Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan
bidang batas yang memisahkan dua medium benda, seperti sebuah permukaan udara
dengan kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua,
perubahan arah yang ditransmisikan disebut pembiasan (Tipler.2001:446). Adapun
cara sebuah sinar membias pada permukaan batas antara medium-medium dengan
indeks bias n1 dan n2 ditentukan oleh hukum snellius
(Halliday.1997:655). Pada pembiasan pada kaca plan – paralel sinar masuk
sejajar dengan sinar keluar, sudut masuk sama dengan sudut keluar, dan
pergeseran sinar dapat dihitung menggunakan persamaan:
d adalah tebal kaca
t adalah pergeseran
sinar
i1
adalah sudut datang
r1
adalah sudut bias (Lasmi.2008:117).
Hukum snellius dituliskan n1 sin
= n2 sin
,
adalah sudut datang dan
adalah sudut bias, garis yang
tegak lurus permukaan antara kedua media (Giancolli.2001:258). Menurut hukum
snellius tentang pembiasan:
i
|
r
|
V1
|
V2
|
n1
|
n2
|
1.
Sinar datang, garis
normal dan sinar bias terletak pada satu bidang datar
2.
Perbandingan sinus
sudut datang dengan sinus sudut bias selalu tetap yang disebut indeks bias
relatif
tetap
3.
Apabila sinar
datang dari medium renggang ke rapat (n1<n2), maka
sinar dibiaskan mendekati garis normal (i>r)
4.
Apabila sinar
datang dari medium rapat ke renggang (n1>n2), maka
sinar dibiaskan menjauhi garis normal (i<r)
5.
Apabila sinar
datang tegak lurus bidang batas (i=r=0), maka sinar diteruskan (Lasmi.2008:116).
Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di udara
dengan cepat rambat cahaya pada medium. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut.
n adalah indeks
bias
c adalah cepat
rambat cahaya di udara
v adalah cepat
rambat cahaya dalam medium
Indeks bias relatif
adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam medium satu terhadap cepat rambat
cahaya dalam medium yang lain. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut.
(Zaelani, dkk.2010:272)
B.
Refleksi pada
Permukaan bola
Cermin lengkung
merupakan bagian dari permukaan sebuah
bola yang berongga
seperti tampak dalam Gambar
1. Garis PA
yang melewati pusat bola dan tegak lurus terhadap permukaan adalah
sumbu utama cermin.
Jika cahaya dipantulkan dari
sisi dalam bola, maka cermin disebut
cermin cekung. Sebaliknya, jika cahaya dipantulkan dari sisi luar bola,
maka cermin disebut cermin cembung.
Gambar 1. Cermin lengkung sebagai bagian dari bola
1.
Cermin Cekung
Cermin cekung
bersifat konvergen, yaitu
bersifat mengumpulkan sinar.
Berkas sinar sejajar sumbu
utama dipantulkan mengumpul
pada suatu titik
yang dinamakan titik fokus (F)
cermin.
Apakah yang
menentukan panjang fokus
sebuah cermin cekung?
Bayangkan sebuah sinar datang yang paralel tehadap sumbu utama
CB dan mengenai cermin di A pada Gambar 2. Garis CA adalah radius cermin
sehingga tegak lurus terhadap permukaan cermin, dengan kata lain CA adalah
garis normal. Dengan menerapkan hukum pemantulan, maka sinar pantul dapat
dilukiskan. Karena sinar
datang sejajar dengan
sumbu utama maka
sudut FCA =
(berseberangan di dalam dengan sudut datang). Dengan
demikian segitiga CFA adalah segitiga sama kaki sehingga CF = AF. Jika sinar
datang tidak terlalu jauh dan sumbu utama sehingga titik A dekat dengan titik
B, maka FA dan CF mendekati nilai FB. Karena CF + FR adalah radius cermin (R),
maka diperoleh
F
|
B
|
A
|
C
|
Gambar 2. Cermin cekung memenuhi hukum pemantulan
Sinar-sinar istimewa
pada cermin cekung
Dari semua cara yang mungkin untuk
melukiskan sinar yang berasal dari sebuah benda menuju sebuah cermin,
hanya ada 3
yang utama dan
berguna untuk menentukan
lokasi bayangan (Gambar 3), yaitu
1.
Sinar datang yang paralel
dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus,
2.
Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan paralel dengan sumbu utama,
3.
Sinar datang yang
melalui titik pusat kelengkungan
cermin dipantulkan melalui
titik itu juga.
Gambar 3. Tiga jenis sinar istimewa yang diperlukan untuk
menentukan lokasi bayangan yang terbentuk pada cermin cekung
Untuk menurunkan suatu persamaan
matematis yang menggambarkan lokasi
sebuah bayangan, kita perlu memperhatikan
Gambar 4.
Gambar 4.
Peragaan prinsip kesebangunan untuk menurunkan rumus umum cermin
Bagian (a) dari gambar
menunjukkan suatu sinar dan puncak benda
yang akan dipantulkan melalui puncak bayangan dengan sudut datang yang sama
dengan sudut pantul.
Karenanya kita dapat melihat
2 buah segitiga yang
sebangun sehingga berlaku
Pada bagian (b) ditunjukkan sinar
yang datang dan benda melalui titik fokus F yang dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama melalui bayangan
sehingga pada titik F tampak dua buah sudut yang sama karena bertolak
belakang. Dengan demikian kita dapat melihat segitiga yang melalui benda dengan
segitiga yang melalui
cermin adalah sebangun.
Bagian cermin bisa
dianggap lurus untuk sinar-sinar yang tidak jauh dari sumbu utama. Dari
prinsip kesebangunan diperoleh
Persamaan (1) dibagi dengan s, maka
Sehingga,
Dengan:
jarak focus cermin, dengan R adalah jari-jari
kelengkungan
s = jarak benda ke cermin
s' = jarak bayangan ke cermin
Mengingat pendekatan
yang dilakukan untuk penurunan rumus di atas, maka Persamaan (2)
berlaku untuk sinar-sinar
paraksial, artinya sinar-sinar yang
dekat dengan sumbu
utama. Persamaan (2) ini
dapat diterapkan untuk
cermin cekung dan
cermin cembung. Dalam perhitungan harus diperhatikan perjanjian
tanda
s bertanda + jika benda terletak didepan cermin (benda nyata)
s bertanda – jika benda terletak dibelakang cermin (benda maya)
s’ bertanda + jika bayangan terletak didepan cermin (bayangan
nyata)
s’ bertanda – jika bayangan terletak dibelakang cermin
(bayangan maya)
f dan R bertanda + untuk cermin cekung
f dan R bertanda – untuk cermin cembung
|
Bayangan yang dibentuk oleh cermin
dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran bendanya. Untuk menyatakan
perbandingan ukuran bayangan
terhadap bendanya digunakan
konsep perbesaran Ada 2 jenis perbesaran
yaitu perbesaran linear dan
perbesaran angular (sudut).
Pada bab ini akan dibahas perbesaran
linear. Perbesaran linear didefinisi sebagai perbandingan antara tinggi
bayangan dengan tinggi benda. Secara matematis dituliskan,
Dengan,
M = perbesaran linear bayangan
h’ = tinggi bayangan
h = tinggi benda
2.
Cermin Cembung
Cermin cembung adalah bagian dari
sebuah bola yang memantulkan sinar
dari bagian luar bola.
Cermin cembung bersifat
divergen, yaitu bersifat
memencarkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu utama dipantulkan berpencar.
Perhatikan Gambar 1 dan hukum
pemantulan serta geometri yang
terlibat yaitu bahwa beberapa sudut
ternyata sama besar.
Segitiga AFC sama kaki, sehingga AF = FC. Jika panjang AB kecil
dibandingkan jari-jari kelengkungan cermin,
maka AF nyaris
sama dengan BF. Sebagai akibatnya, BF FC, sehingga titik fokus dapat dianggap
berada di pertengahan antara cermin
dan pusat kelengkungan,
artinya jarak fokus = setengah
dari jari-jari kelengkungan.
Gambar 1.
Cermin cembung memenuhi hukum pemantulan
Sinar-sinar istimewa
pada cermin cembung
Mengacu pada
argumen yang sama
dengan pemantulan pada
cermin cekung, maka
dapat dirumuskan aturan pelukisan diagram sinar untuk cermin cembung
sebagai berikut:
a.
sinar datang yang paralel dengan sumbu utama dipantulkan seolah-olah
berasal dari titik fokus (Gambar 2a),
b.
sinar datang yang
menuju titik fokus dipantulkan
paralel dengan sumbu
utama (Gambar 2b),
c.
sinar datang yang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui
lintasan yang sama (Gambar 2c).
(a)
|
(b)
|
(c)
|
Gambar 2. Tiga jenis sinar istimewa pada cermin cembung
Rumus umum cermin cembung
Rumus-rumus yang berlaku
pada cermin cekung serta perjanjian tandanya
berlaku juga untuk cermin cembung sehingga dapat dituliskan ulang,
Persamaan (1) dibagi dengan s, maka
Sehingga,
Dengan:
jarak focus cermin, dengan R adalah jari-jari
kelengkungan
s = jarak benda ke cermin
s' = jarak bayangan ke cermin
Perbesaran linear didefinisi sebagai
perbandingan antara tinggi bayangan dengan tinggi benda. Secara matematis
dituliskan,
Hal-ha1 yang perIu diperhatikan adaIah,
a.
Jarak focus (f) dan jari-jari (R) pada cermin cembung selalu
bertanda negatif.
b.
Untuk benda nyata di depan
cerrnin cembung selalu terbentuk
bayangan maya jadi nilai s’ pada cermin cembung bertanda negatif.
C.
Metode Grafis
untuk Cermin
Letak dan
ukuran dari bayangan yang dibentuk oleh suatu cermin dapat dicari dengan metode
grafik yang sederhana. Metode ini adalah dengan mencari titik potong dari
beberapa sinar, sesudah memantul dari cermin, yang dipancarkan dari beberapa
titik benda yang tidak terletak pada sumbu cermin. Kemudian semua sinar dari titik ini yang mengenai
cermin, akan berpotongan pada titik yang sama.
Sebuah metode
berguna untuk menentukan letak bayangan adalah dengan cara konstruksi geometris
diagram sinar. Cara ini diilustrasikan pada gambar-gambar dibawah, dimana objek
tersebut adalah sebuah gambar benda yang tegak lurus sumbu utama dengan jarak s
dari cermin tersebut. Dengan pemilihan sinar-sinar yang tepat pada bagian atas
benda yang tegak dalam gambar tersebut, kita dapat menentukan letak
bayangannya. Ada tiga cermin yang akan digambarkan dengan menggunakan metode
grafik dengan melukiskan sinar, diantaranya :
1.
Metode grafik untuk melukiskan bayangan pada cermin datar
Cermin datar
adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa sebuah bidang datar,
sedangkan garis normal pada cermin datar
adalah garis yang melalui titik jatuh sinar dan tegak lurus bidang cermin. Pada
pemantulan cahaya, berlaku hukum snellius, yaitu :
a.
Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu
bidang datar.
b.
Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.
Gambar dibawah
ini adalah metode grafik untuk melukiskan bayangan benda pada cermin datar, dan
untuk melukiskan bayangan pada cermin datar, kita gunakan hukum pemantulan
cahaya, yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul. Adapun sifat-sifat
bayangan pada cermin datar, yaitu :
a.
Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin,
b.
Bayangannya maya, bayangan yang terjadi karena pertemuan
perpanjangan sinar-sinar cahaya,
c.
Ukurannya sama dengan ukuran benda,
d.
Bayangan yang terbentuk tegak dan menghadap berlawanan arah
terhadap bendanya, dan
e.
Bentuk bayangannya sama dengan bentuk benda.
Perhatikan
gambar berikut ini!
B’
|
A’
|
H
|
G
|
C
|
D
|
J
|
I
|
E
|
B
|
F
|
A
|
cermin
|
Garis AB
terletak didepan cermin datar :
a.
Dari titik A terdapat dua berkas sinar menyebar menuju ke permukaan
cermin datar yaitu AC dan AD.
Berdasarkan
hukum pemantulan, berkas sinar datang AC dipantulkan kearah CE dan berkas sinar
datang AD dipantulkan kearah DF. Perpanjangan sinar pantul CE dan DF akan berpotongan
dibelakang cermin. Perpotongan ini merupakan titik bayangan maya A, yaitu A’.
b.
Dari titik B terdapat dua berkas sinar menyebar menuju ke permukaan
cermin datar yaitu BG dan BH.
Berdasarkan
hukum pemantulan, berkas sinar datang BG dipantulkan ke arah GI dan berkas
sinar datang BH dipantulkan kearah HJ. Perpanjangan sinar pantul GI dan HJ
berpotongan dibelakang cermin. Perpotongan ini merupakan titik bayangan maya B,
yaitu B’.
Dengan
menghubungkan titik A’ dan B’ maka diperoleh garis A’B’ yang merupakan bayangan
garis AB. Bayangan A’B’ memenuhi sifat-sifat bayangan pada datar diatas.
2.
Metode grafik untuk melukiskan bayangan pada cermin cekung
Cermin cekung
adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya permukaannya berupa
cekungan yang merupakan bagian dalam suatu bola.
Bagian-bagian
untuk melukiskan bayangan pada cermin diantaranya :
M : Titik
pusat kelengkungan cermin
O : Titik
pusat bidang cermin
F : Titik
api utama (focus utama) cermin
Garis MO : Sumbu utama
cermin
Garis FO : Jarak titik api cermin (f)
Garis MO : Jari-jari
kelengkungan cermin (R)
Ada empat
sinar untuk melukiskan bayangan benda
dari sinar utama yang akan digunakan,
diantaranya adalah :
a.
Sinar sejajar, yang digambar sejajar dengan sumbu utama. Sinar ini
dipantulkan melalui titik fokus.
O
|
M
|
F
|
Gambar 1 – cermin cekung
|
b.
Sinar fokus, yang digambar melalui titik fokus. Sinar ini
dipantulkan sejajar sumbu utama.
O
|
M
|
F
|
Gambar 2 – cermin cekung
|
c.
Sinar radial, yang digambar melalui pusat kelengkungan. Sinar ini
mengenai cermin tegak lurus permukaannya dan kemudian dipantulkan kembali pada
dirinya sendiri.
O
|
F
|
M
|
Gambar 3 – cermin cekung
|
d.
Sinar pusat,yang digambarkan pada verteks cermin tersebut. Sinar
ini memantul, dengan sudut yang sama, terhadap sumbu utama.
O
|
F
|
M
|
𝜽
|
𝜽
|
Gambar 4 – cermin cekung
|
Tiga yang
pertama dari sinar-sinar tersebut ditunjukan pada gambar 5. Perpotongan dari
dua sinar diatas menunjukan letak titik bayangan benda tegak. Sinar yang ketiga
dapat digunakan untuk pengecekan.
O
|
F
|
M
|
Gambar 5 – cermin cekung
|
F
|
M
|
𝜽
|
𝜽
|
F
|
M
|
Gambar 6 – cermin cekung
|
Gambar 7 – cermin cekung
|
lihat dari gambar 5 bahwa bayangan tersebut dibalik dan tidak sama
ukuran dengan objeknya. Perbandingan antara ukuran bayangan terhadap ukuran
objek didefinisikan sebagai pembesaran lateral dari bayangan tersebut. Pada
gambar 6 kita menggambar sinar pusat
dari puncak objek ke pusat cermin, sinar ini membentuk sinar θ dengan sudut
utama. Sinar yang dipantulkan ke puncak bayangan membentuk sudut yang sama
besarnya dengan sumbu utama. Sebuah perbandingan dari segitiga yang dibentuk
sinar datang, sumbu utama, dan objek dengan segitiga yang dibentuk oleh sinar
yang dipantulkan, sumbu utama dan bayangannya menunjukan bahwa perbesaran
lateral y’/y sama dengan perbandingan dari jarak-jarak s’/s. Diagram sinar
lebih mudah digambar jika cermin tersebut digantikan oleh sebuah garis lurus
yang diperpanjang seperlunya untuk memotong sinar-sinar seperti ditunjukan pada
gambar 7.
Saat sebuah
objek berada diantara cermin dan titik fokusnya, sinar-sinar yang dipantulkan
dari cermin tersebut tidak mengumpul namun kelihatan menyebar dari sebuah titik
dibelakang cermin seperti diilustrasikan pada gambar 8.
Beberapa metode
grafik cermin cembung yang telah diilustrasikan, diantaranya sebagai berikut :
Gambar 8 – cermin cekung
|
Gambar 9 – cermin cekung
|
Gambar 10 – cermin cekung
|
Gambar 11 – cermin cekung
|
O
|
F
|
M
|
O
|
F
|
M
|
O
|
F
|
M
|
O
|
F
|
M
|
3.
Metode grafik untuk melukiskan bayangan pada cermin cembung
Cermin cembung
bersifat menyebarkan sinar (divergen). Sinar-sinar yang sejajar sumbu utama
dipantulkan oleh cermin cembung seolah-olah berasal dari satu titik dibelakang
cermin yang disebut titik fokus maya. Titik fokus cermin cembung terletak
dibelakang cermin dan berbeda disumbu untuk cermin.
Terdapat tiga
sinar istimewa pada cermin cekung yang berguna untuk melukis pembentukan
bayangan pada cermin cekung. Tiga sinar istimewa tersebut adalah :
a.
Sinar datang yang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan
seolah-olah dari titik fokus maya cermin.
O
|
F
|
M
|
Gambar 12 – cermin cembung
|
b.
Sinar datang yang menuju titik fokus maya cermin akan dipantulkan
sejajar sumbu utama cermin.
Gambar 13– cermin cembung
|
O
|
F
|
M
|
c.
Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan
dipantulkan
O
|
F
|
M
|
Gambar 14 – cermin cembung
|
Gambar 15 –
cermin cembung, menunjukan diagram sinar untuk sebuah objek didepan cermin
cembung. Sinar tengah yang menuju pusat kelengkungan M tegak lurus cermin tersebut dan dipantulkan kembali pada dirinya
sendiri. Sinar sejajar tersebut dipantulkan seolah-olah datang dari titik fokus
F dibelakang cermin. Sinar fokus yang
tidak dipantulkan digambar menuju titik fokus dan dipantulkan sejajar sumbu
utama. Kita lihat dari gambar tersebut bahwa bayangannya terletak dibelakang
cermin yang berarti bayangan maya. Bayangan tersebut juga tegak dan lebih kecil
dari objeknya.
O
|
F
|
M
|
Gambar 15 – cermin cembung
|
D.
Refraksi Pada Permukaan Bola
Sebuah permukaan
bola dengan jari-jari R membentuk sebuah antarmuka di antara dua material
dengan indeks refraksi yang berbeda na dan nb. Permukaan
itu membentuk sebuah bayangan P’ dari sebuah titik benda P. Pusat kelengkungan
C berada pada sisi keluar dari permukaan itu, sehingga R adalah positif. Sinar
PV menumbuk verteks V dan tegak lurus terhadap permukaan tersebut. Berkas sinar
PV itu lewat ke dalam material kedua tanpa deviasi. Sinar PB yang membuat sudut
α dengan sumbu itu, masuk pada sudut
dengan normal dan direfraksikan pada sudut
. Sinar-sinar ini
nerpotongan di P’, sejauh s’ di sebelah kanan dari verteks.
Jika sudut α
adalah kecil, semua sinar dari P berpotongan di titik P’ yang sama, sehingga P’
adalah bayangan nyata dari P. Dengan menggunakan teorema bahwa sudut luar
sebuah segitiga sama dengan jumlah dari dua sudut dalam yang berhadapan,
segitiga PBC dan P’BC memberikan
Φ
Dari hukum refraksi,
Juga, tangen α, tan β dan tan Φ adalah
Tan
tan
tan Φ
Untuk sinar-sinar paraksial,
dan
keduanya lebih kecil dibandingkan dengan satu
radian, maka hukum refraksi memberikan
Dengan menggabungkan persamaan ini dengan persamaan pertama
Substitusikan pada persamaan kedua
Apabila digunakan aproksimasi tan α = α dan mengabaikan jarak
kecil
, menjadi
Akhirnya didapatkan hubungan benda-bayangan, permukaan bola yang
merefraksikan
Persamaan ini berlaku untuk sinar yang berasal dari benda titik
yang direfraksikan oleh permukaan sferis dengan anggapan sinar-sinar tersebut
paraksial.
Perhatikan aturan penggunaan persamaan
tersebut :
·
Menentukan tanda untuk nilai jari-jari R:
a.
Jika sinar datang mengenai permukaan yang cembung,
nilai R adalah positif
b.
Jika sinar datang mengenai permukaan yang cekung,
nilai R adalah negative
·
Untuk benda nyata, nilai s positif; dan untuk benda
maya nilai s negative
·
Untuk bayangan nyata, nilai s positif;dan untuk bayangan maya, nilai s negative
Untuk mendapatkan perbesaran lateral m
pada situasi ini, kita menggunakan konstruksi dalam gambar kedua. Kita
menggambar dua sinar dari titik Q, satu melalui kelengkungan C dan lainnya
masuk di verteks V. Dari segitiga PQV dan P’Q’V.
Dan dari hukum refraksi,
Untuk sudut-sudut kecil,
,
Sehingga akhirnya
Atau
Kedua persamaan
tersebut dapat diaplikasikan baik untuk permukaan cembung maupun permukaan
cekung yang bersifat merefraksikan, asalkan dengan menggunakan kaidah tanda
yang konsisten.
E. Lensa Tipis
Lensa adalah benda transparan yang mampu
membelokkan atau membiaskan berkas-berkas cahaya yang melewatinya, sehingga
jika suatu benda berada di depan lensa, maka bayangan dari benda tersebut akan
terbentuk.Keutamaan lensa adalah karena ia membentuk bayangan benda.Lensa
yang paling sederhana yang mempunyai dua permukaan bola yang cukup dekat satu
sama lain dan ketebalannya dapat diabaikan, sehingga
pengukuran jarak titik fokus dilakukan dari satu titik yakni pusat lensa
(vertex). Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya
melengkung (walaupun permukaan silinder juga mungkin, kita akan
berkonsentrasi pada sferis). Kedua
permukaan bisa berbentuk cekung, cembung, atau datar.
Lensa tipis dengan permukaan bola dibedakan
atas lensa positif atau lensa cembung (gambar 1.a) dan lensa negatif atau lensa
cekung (gambar 1.b).
Gambar1
(a) Lensa positif terdiri dari: 1) lensa bikonveks (cembung ganda); 2) plankonfeks (cembung-datar); dan 3) cembung-cekung (konfeks-konkaf).
(b) Lensa negatif terdiri dari: 4) bikonkaf (cekung ganda); 5) plan-konkaf (cembung-datar); dan 6) cekung-cembung (konkaf-konveks).
1.
Sifat-Sifat Lensa
a.
Bila seberkas sinar yang paralel dengan sumbu
melalui lensa, maka berkas sinar itu berkumpul ke sebuah titik F2
(Gambar 2a) dan membentuk sebuah bayangan nyata titik tersebut. Lensa seperti itu disebut lensa pengumpul ( lensa konvergen).
b.
Sinar-sinar yang lewat melalui titik
muncul keluar
dari lensa itu sebagai seberkas sinar paralel(Gambar 2.) Titik
dan
dinamakan titik
fokus pertama dan titik fokus kedua. Dan jarak
yang diukur dari
pusat lensa dinamakan panjang fokus.
Gambar 2
Garis Horizontal
pusat dalam Gambar 2, dinamakan sumbu lensa. Sumbu lensa merupakan garis lurus
yang melewati pusat lensa dan tegak lurus terhadap kedua permukaannya.
Pusat-pusat kelengkungan dari kedua permukaan bola itu terletak pada sumbu
optik. Keduan panjang fokus
selalu sama untuk
sebuah lensa tipis.
Dari hukum Snell, kita dapat melihat bahwa
setiap berkas (pada Gambar.3) dibelokkan menuju sumbu pada kedua permukaan
lensa (perhatikan garis terputus yang
menunjukan normal untuk setiap permukaan untuk berkas yang atas). Jika berkas-berkas
paralel sejajar sumbu jatuh pada lensa cembung tipis, mereka akan difokuskan
pada suatu titik fokus, F. Berkas-berkas cahaya dari suatu titik pada
benda yang jauh pada dasarnya paralel, sehingga dapat dikatakan bahwa: Titik fokus merupakan titik bayangan untuk
benda pada jarak tak hingga pada sumbu utama. Berarti titik fokus lensa
dapat ditemukan dengan dengan menentukan titik ketika berkas-berkas cahaya
matahari dibentuk menjadi bayangan yang tajam. Jarak titik fokus dengan pusat
disebut jarak fokus (
).
Setiap lensa yang
lebih tebal di pusatnya daripada tepinya adalah sebuah lensa konvergen dengan
panjang fokus
yang positif dan memiliki sifat mengumpulkan cahaya (Gambar 2). Sedangkan setiap lensa tebal tepinya daripada di
pusatnya adlah sebuah lensa divergen dengan panjang fokus f yang negatif dan
memiliki sifat menyebarkan cahaya (Gambar 3).
Gambar 3
Pada gambar 3, titik fokus, F dari lensa
divergen didefinisikan sebagai titik dari mana berkas bias, yang berasal dari
berkas-berkas datang yang paralel, tampak muncul seperti ditunjukan (pada
gambar.3).Dan jarak dari F ke lensa disebut jarak fokus, sama seperti untuk
lensa konvergen.
2.
Persamaan Lensa
Gambar 4
Sekarang kita menurunkan
persamaan yang menghubungkan jarak bayangan dengan jarak benda dan panjang
fokus lensa. Persamaan ini akan membuat penentuan posisi bayangan lebih cepat
dan lebih akurat dibandingkan dengan penelusuran berkas. Ditentukan d0
sebagai jarak benda, jarak benda dari pusat lensa, dan d1 sebagai
jarak bayangan, jarak bayangan dari pusat lensa
dan h0 dan h1 sebagai panjang benda dan bayangan
benda. Perhatikan dua berkas yang ditunjukkan pada gambar 4 untuk lensa konvergen. Segitiga FI’I dan FBA (diarsir
kunimg untuk gambar 4 sama karena AFB
sama dengan sudut IFI; sehingga
Karena panjang AB = h0. Segitiga OAO’ sama
dengan IAI. Dengan demikian,
Persamaan diatas disebut
persamaam lensa tipis. Persamaan ini menghubungkan jarak bayangan d1 dengan
jarak benda d0 dan panjang fokus f.
Jika benda berada pada jarak tak hingga, maka 1/do = 0, sehingga d1
= f. Dengan demikian, panjang fokus
adalah jarak bayangan pada tak hingga. Kita ambil f negatif untuk lensa divergen, dan d1 negatif ketika
bayangan berada di sisi lensa konvergen maupun divergen, dan untuk semua
situasi, kita gunakan perjanjian tanda sebagai berikut ini:
a.
Panjang fokus positif untuk lensa konvergen dan negatif untuk
lensa divergen.
b.
Jarak benda positif jika berada di sisi lensa yang sama
dengab datangnya cahaya.
c.
Jarak bayangan positif jika berada di sisi lensa yang
berlawanan dengan arah datangnya cahaya; jika berada disisi yang sama, d1
negatif. Ekuivalen,jarak bayangan positif untuk bayangan nyata dan negatif
untuk bayangan maya.
d.
Tinggi bayangan h1 positif jika bayangan tegak dan
negatif jika bayangan terbalik relatif terhadap benda.(h0 selalu
diambil positif).
Perbesaran lateral (m), sebuah
lensa didefinisikan sebagai perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda,
m= h1/h0. Sehingga didapatkan persamaan:
Untuk bayangan tegak,
perbesaran positif, dan untuk bayangan terbalik m bernilai negatif.
F.
Metode Grafis Untuk Lensa
Dua sifat lensa tipis adalah sinar bias
mengumpul ke satu titik F di belakang lensa, dan sinar bias tampak seolah-olah
datang dari titik F di depan lensa. Titik F disebut titik fokus lensa, dan
jarak F terhadap lensa disebut panjang fokus lensa. Jika pada cermin hanya
terdapat satu titik fokus, maka pada lensa terdapat dua titik fokus (Gambar 1).
Titik fokus yang merupakan titik pertemuan sinar-sinar bias disebut fokus utama
(fokus pertama F1) atau fokus aktif sehingga untuk lensa konvergen berada di
belakang lensa, sedangkan untuk lensa divergen berada di depan lensa. Sedangkan
fokus pasif F2 simetris terhadap F1. Untuk lensa konvergen, fokus pasif F2
terletak di depan lensa dan untuk lensa divergen, fokus pasif F2 terletak di
belakang lensa.
Gambar 1. Lensa mempunyai 2 titik focus
Sinar-sinar
istimewa
Sama halnya seperti pada cermin, ada 3 sinar
istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung. Ketiga sinar istimewa tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut,
Gambar
2. Tiga sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
Melukis
pembentukan bayangan pada lensa
Untuk
melukis pembentukan bayangan pada lensa kita dapat menggunakan hanya 2 dan 3
sinar istimewa. Langkah-Iangkah yang diperlukan mirip dengan langkah-langkah
untuk cermin lengkung sebagai berikut,
1.
Lukis dua buah sinar istimewa (lebih sederhana menggunakan sinar 1
dan sinar 3),
2.
Sinar selalu datang dari depan lensa dan dibiaskan ke belakang
lensa. Perpanjangan sinar- sinar bias ke depan lensa dilukis sebagai garis
putus-putus.
3.
Perpotongan kedua buah sinar bias yang dilukis pada langkah (1)
merupakan letak bayangan. Jika perpotongan didapat dan sinar bias, terjadi
bayangan nyata (sejati), akan tetapi jika perpotongan didapat dari perpanjangan
sinar bias, bayangan yang dihasilkan adalah maya (semu).
Gambar 9.35 menunjukkan hasil melukis
pembentukan bayangan dengan menggunakan 2 sinar istimewa untuk berbagai letak
benda. O = objek, I = image/bayangan.
Menentukan
sifat bayangan dengan metode penomoran ruang
Antara fokus dan pusat optik
|
Di fokus (F)
|
Antara fokus (F) dan 2F
|
1. maya
2. tegak
3. diperbesar
|
1. sejati
2. terbalik
3. diperbesar
|
Bayangan ber
ada pada jauh tak terhingga
|
Gambar
3. Lukisan pembentukan bayangan pada lensa untuk berbagai letak benda.
Penomoran
ruang untuk lensa berbeda dengan cermin. Untuk lensa, nomor ruang benda dan
nomor ruang bayangan mempunyai notasi yang berbeda.
Gambar
4. (a) Penomoran ruang pada lensa cembung, dan (b) penomoran ruang pada lensa
cekung.
Nomor
ruang benda diberi notasi dengan angka Romawi (I, II, III, dan IV) sedangkan
nomor ruang bayangan diberi notasi dengan angka Arab (1, 2, 3, dan 4) Penomoran
ruang ini dapat dilihat pada Gambar 4 (a) dan (b). Menentukan sifat bayangan
dapat dilakukan dengan tanpa melukis jalannya sinar, yaitu dengan metode
penomoran ruang berdasarkan aturan Esbach.
Dalil
Esbach untuk lensa:
1.
Jumlah nomor ruang benda (Rbenda) dengan nomor ruang bayangan
(Rbayangan) = 5
2.
Untusk setiap benda nyata dan tegak, maka:
a.
Semua bayangan yang terletak dibelakang lensa adalah nyata dan
terbalik
b.
Semua bayangan yang terletak didepan lensa adalah maya dan tegak
1.
Bila nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda,
maka bayangan diperbesar, tetapi bila nomor ruang bayangan lebih kecil daripada
nomor ruang benda, maka bayangan diperkecil.
Catatan:
1.
Untuk lensa cembung, benda yang terletak di titik fokus pasif (F2),
bayangannya terletak di tak terhingga; akan tetapi benda yang terletak di 2F2,
bayangannya terletak pada 2 kali jarak fokus aktif (2F1), bersifat
nyata, terbalik, dan sama besar dengan bendanya.
2.
Untuk lensa cekung, benda yang terletak di depan lensa memiliki
bayangan yang terletak di depan lensa juga, dengan sifat maya, tegak, dan
diperkecil.
BAB III
SIMPULAN
Simpulan
Bayangan adalah hasil dari sebuah objek melalui cahaya. Apabila bayangan
dibentuk pada suatu permukaan, bayangan itu adalah bayangan nyata dan tetap
ada, medkipun tidak ada pengamat. Aabila bayangan membutuhkan sistem
penglihatan dari seorang pengamat, maka bayangan itu adalah bayangan maya.
Cermin sferis (permukan bola), permukaan pembias sferis, dan lensa tipis
dapat membentuk bayangan dari suatu sumber cahaya-objek-dengan mengarahkan
sinar yang muncul dari sumber tersebut. Bayangan yang terjadi ketika sinar yang
diarahkan melintasi (membentuk suatu bayangan nyata) atau di mana perpanjangan
arah baik dari sinar itu melintasi (membentuk suatu bayangan maya. Apabila
sinar cukup dekat pada sumbu pusat melalui cermin sferis, permukaan pembias
atau lesan tipis, kita memiliki hubungan antara jarak objek p (positif) dan
jarak bayangan (positif untuk bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya).
Cermin Sferis:
Permukaan pembias
sferis:
Lensa tipis:
Perbesaran lateral
`
Perbesaran m,
Daftar Pustaka
Ahmad, Z. d. (2010). Pemantapan
Fisika. Bandung: Yrama Widya.
Frederick. (2006). Fisika Universitas edisi kesepuluh. Jakarta:
Erlangga.
Freedman, Y. &. (2003). Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid
2. akarta: Erlangga.
Giancoli, D. (2001). Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Halliday, D. (1997). Fisika Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Lasmi, K. (2008). Bimbingan Pemantapan Fisika. Bandung: Yrama
Widya.
Sparisoma, V. (2010). Fisika Dasar. Ebook.
Tipler, P. A. (2001). Fisika Untuk Teknik dan Sains Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Zemansky, S. &. (1982). Fisika Universitas Edisi kesepuluh Jilid
2. Jakarta: Bina Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar